Berita Masjid Al Akbar
JawaPos.com– Sebanyak 30 persen makanan di sekitar Masjid Al Akbar mengandung bahan berbahaya. Temuan itu disampaikan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Kota Surabaya.
Senin (11/4), BPOM Kota Surabaya melakukan pengujian makanan dan minuman yang dijual di sekitar Masjid Al Akbar. Hasilnya, 30 persen mengandung boraks.
”Kami lakukan pengujian random sampling pada 15 makanan dan minuman di sekitar Masjid Al Akbar Surabaya. Hasilnya, 8 positif mengandung boraks,” kata Kepala BPOM Kota Surabaya Rustyawati.
Beberapa makanan yang diuji adalah batagor, kerupuk puli semanggi, kerupuk ikan, es cao, mutiara merah, harum manis, sosis bintang, kerang tumis, tahu, dan siomay. ”Temuan boraks positif di kerupuk puli semanggi, es cao, kikil, dan lontong,” terang Rustyawati.
Beberapa jenis makanan itu dipilih karena bahan berbahaya normalnya ditemukan di jenis-jenis tersebut. Untuk itu, pihaknya melakukan pengujian jenis-jenis makanan yang dijual untuk mengantisipasi bahan berbahaya.
”Pengujian ini dilakukan untuk mencegah kandungan bahan berbahaya dalam makanan yang dikonsumsi warga Surabaya,” tutur Rustyawati.
Pengujian itu rutin dilakukan tiap tahun di berbagai kota. Dia berharap, warga Surabaya dapat mengantisipasi dan lebih berhati-hati ketika akan mengonsumsi makanan tertentu.
”Pengujian ini untuk pantauan dan antisipasi. Setelah ini, kami akan sertifikasi dan rekomendasi ke dinkes untuk sosialisasi dan edukasi,” ujar Rustyawati.
Sementara itu, Umul Jariyah, Sub Koordinator Kefarmasian Makanan dan Minuman Dinkes Surabaya mengatakan, tiap tahun, Dinkes mendapatkan surat rekomendasi dari BPOM Surabaya terkait temuan bahan berbahaya di makanan.
”Dinkes dapat surat dari BPOM, kami edukasi ke pedagang. Kami beri tahu dan beberapa bulan lagi akan sampling ulang,” ujar Umul jariyah.
Dari temuan itu, dinkes akan melakukan pembinaan dan koordinasi agar produsen dan pedagang lagi menggunakan bahan berbahaya.
”Akan kami stiker. Ini program baru sekali dari pusat, akan ditempeli stiker, untuk menegaskan keikutsertaan mereka di pemeriksa lab dan hygiene sanitasi. Kalau beberapa bulan lagi masih pakai, kami akan sosialisasi lagi,”